TASIKMALAYA Jawa Barat, OnNewsOne.com –
Pasca Perombakan Kepengurusan DPC Partai Gerinda diduga ada Imbas yang nyata, yang berbentuk reaksi diinternal, dan pada kejadian yang lalu itu adalah di anggap insiden, jadi merasa perlu untuk diluruskan dan diperjelas duduk masalah yang terjadi, demikian kata mantan Ketua Dewan Penasehat DPC Dadang Sunarya.
Mantan Ketua Dewan Penasehat DPC Partai Gerindra Kota Tasikmalaya itu mengatakan, bahwa pihaknya sebagai kader atau mungkin hanya sekedar simpatisan Partai Gerindra yang mengikuti sejak awal dan mencoba menjiwai platform perjuangan Partai membuat merasa terikat untuk bertanggung jawab memelihara dan menjaga nya.
“Pada kejadian yang saya anggap insiden belakangan ini, saya merasa perlu untuk meluruskan dan memperjelas duduk masalah yang terjadi” ujar nya saat dikonfirmasi melalui sambungan celuller jumat (10/6/2022)
Karena saya juga, lanjut Dadang, banyak kedatangan orang, baik itu orang orang struktural juga orang diluar struktural yang membawa ekpresi bermacam macam yang mengandung tafsiran tafsiran yang hanya disimpulkan dari cerita, pemberitaan dan pandangan sepintas. yang tidak jarang akan menimbulkan fitnah bagi personal/pribadi-pribadi tertentu.
Misalnya saja kehadiran ketua DPC lama Pak H Nandang Suryana dan anggota fraksi dianggap kondisi yang solid, padahal kalau kita memperhatikan gestur setiap personal sangat beragam dan saya lebih melihat kehadirannya itu hanya membangun stabilitas situasi dan itu sungguh merupakan kebesaran jiwa seorang politisi.
Dadang melanjutkan, terkait tindakan pihaknya selaku simpatisan yang dimuat dimedia waktu lalu, hanya upaya untuk menimalisir gejolak kericuhan/kebisingan dengan berbagai macam ekspresi dan komentar rekan-rekan yang memang sempat bereaksi,
“saya hanya berusaha mengerucutkan pandangan kepada hal-hal yang bersifat subtansial supaya bagi rekan-rekan yang memang mempunyai semangat penegakan perjuangan dan logika organisasi bisa menjalankannya berdasarkan logika dan tidak melakukan perbuatan anarkis, sehingga kita bisa membangun organisasi dan rasa tanggung jawab personal yang lebih dewasa,
” Karena kita terutama saya ternyata harus tetap belajar dalam hal pengetahuan, wawasan dan pengendalian emosi, karena umur, kekayaan dan penampilan tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur, Itupun menurut pemikiran saya, mohon maaf kalau tidak sepemahaman”, tegasnya.
Kata Dadang juga, Hal yang meyakinkan pihaknya saat dalam acara penyerahan SK waktu itu bukan bentuk soliditas, bukan hanya dari gestur, tapi dipadukan dengan analisa logika dan analisa resiko konsekuensi.
Papar Dadang menjelaskan bahwa, Pak H Nandang Suryana yang berpengalaman dalam organisasi partai, Pak Andi dan Pak Kuntara sebagai sekretaris dan bendahara, Pak Gilman sebagai Wakil Ketua Organisasi Kaderisasi Keanggotaan(OKK) dan anggota Praksi lainnya yang juga punya pengalaman organisasi,
Apalagi Pak H Aslim kapasitas beliau ketua DPRD bahkan menjadi anggota Dewan sudah periode ke 4 melebihi umur Partai Gerindra, adalah hal yang tidak mungkin, jika mereka tidak memahami AD-ART atau prosedur di organisasi, sementara anggota yang di sebut kader itu wajib memahami struktur dan prosedur
Itupun lanjut Dadang, masih sebatas kader penggerak, karena ada tingkatan kader selanjutnya yaitu Kader Pratama, Kader Muda, Kader Madya, Kader Utama, dan Kader Manggala, jika ada anggota yang belum memahami itu, berarti belum bisa disebut kader, namun masih sebatas simpatisan.
Kalau dalam acara penyerahan SK tersebut semua yang hadir tidak berkomentar, saya percaya, bahwa itu cuma mempertahankan situasi agar tetap kondusif demi kebesaran Partai. Karena tidak mungkin yang hadir itu dianggap orang yang belum mengerti organisasi apalagi disebut bodoh. Mereka diam itu membuktikan kebesaran jiwa politisi.
Karena mereka sangat tahu dan paham bahwa tidak ada bentuk apapun sebagai alasan dalam pergantian struktur organisasi DPC dan AD-ART merupakan tuntunan dan hukum tertinggi dalam mengambil keputusan, ” demikian penjelasan Dadang saat dikonfirmasi tim OnNewsOne.com.
Sementara itu para kader dibawah serta simpatisan berpendapat setuju, namun mengaku sangat terkejut dengan perombakan yang tiba – tiba ini, karena biasanya minimal ada pemberitahuan, walaupun struktural dari PAC kebawah, atau hanya simpatisan tidak berhak atas pergantian kepengurusan DPC tersebut.