PANGANDARAN Jawa Barat, OnNewsOne.com–
Cocok sekali jika SMK Bakti Karya Parigi di Parigi Pangandaran kabupaten Ciamis Jawa Barat, dijuluki sebagai SMK Sabang sampai Merauke, sebab muridnya juga berasal dari berbagai suku di Nusantara yaitu ada 25 suku dari seluruh Indonesia yang sudah ada.
Awal alasan di berdirikannya sekolah ini adalah untuk membuka ruang perjumpaan anak bangsa agar semakin terhubung dan dapat merasakan keragaman Indonesia yang lebih nyata, terutama program kelas multikultural
Sekolah ini, membuka beasiswa bagi siswa yang ingin mengenyam pendidikan di SMK Bakti Karya. Beasiswa itu bahkan berlaku penuh,demikian kata Ayi Nurhidayat (32)
Ai Nurhidayat sebagai pendiri SBK merincikan bahwa SBK adalah merupakan sekolah kejuruan multimedia dengan konsep ramah keberagaman, ramah lingkungan, dan terbuka untuk publik.
“Kami membuka akses beasiswa penuh dengan melibatkan publik seluas-luasnya untuk memberikan kesempatan kepada siswa dari berbagai latar belakang bersekolah selama 3 tahun,” ucap kang Ai.
Menurut Ai, SMK Bakti Karya Parigi adalah bukti nyata inisiasi pemuda Indonesia yang mau menciptakan perubahan dalam bingkai perdamaian. Mereka tidak terbujuk godaan urbanisasi di masa penuh kemajuan ini. Mereka rela mengorbankan masa mudanya untuk sesuatu yang lebih berharga, toleransi antar umat manusia. Dimulai dari dunia pendidikan, dan berlanjut hingga menuju kehidupan bermasyarakat, semangat toleransi ditanamkan sebagai prinsip hidup tertinggi
Sekolah ini pun hadir di tengah-tengah masyarakat Pangandaran untuk menjawab tantangan dan mengentaskan masalah tersebut. Konsep Pendidikan berbasis Multikultural sudah menjadi landasan utama dari sang pencetus dan pendiri sekolah ini.
Lanjut Ai, setiap tahun ada program Festival 28 Bahasa Nusantara. Pada acara ini banyak pejabat penting pemerintah setempat atau tokoh-tokoh tersohor dan pengunjung dari luar daerah datang menyaksikan jalannya acara.
Didalamnya ada pameran yang berisi kuliner dan berbagai macam kerajinan tangan dari setiap daerah. Pidato, puisi, dongeng, dan beragam pentas di atas panggung ditampilkan dengan bahasa daerah masing-masing. Semuanya belajar dan menyaksikan keragaman budaya, bahasa, dan suku di Indonesia.
Disekolah ini manifestasi ajaran luhur Bhinneka Tunggal Ika tidak sekadar tertuang dalam lembaran kertas saja, melainkan benar-benar dipraktikkan dalam kehidupan nyata
Kelas Multikultural digagas dan menjadi sisi paling menarik untuk dicermati dari sekolah ini. Program ini mendatangkan banyak peserta didik dari beragam suku yang ada di Indonesia. Jika dihitung, total sudah ada 25 suku di sana
Langkah penerapan Multikulturalisme Pendidikan menjawab tantangan masalah perilaku intoleran dari akarnya, Dengan mempertemukan berbagai kalangan dalam satu ruanglingkup kehidupan sejak dini, maka
otomatis pembelajaran toleransi akan tercipta secara alami,tidak lagi perlu dijejali secara paksa dengan menyampaikan materi yang sulit lagi rumit
Dampak nyata dari penerapan Multikulturalisme Pendidikan di SMK Bakti Karya Parigi dirasakan oleh mereka yang bersinggungan langsung dengan para siswa.
Untuk jangka pendek, dampak yang dirasakan masyarakat sekitar adalah kemudahan melihat dan memahami kebiasaan suku lain dari berbagai penjuru tanpa harus repot-repot berkunjung ke bermacam daerah satu persatu.
Hal ini menjadikan masyarakat dapat melihat wujud nyata keberagaman Indonesia yang awalnya hanya mampu mereka saksikan di televisi saja
Sedangkan dampak panjangnya adalah kesadaran diri akan kemajemukan masyarakat Indonesia diiringi upaya saling memahami dan menghargai. Pemahaman pluralitas kehidupan sejak dini dapat mencetak generasi melek toleransi dan anti diskriminasi.
Cara ini akan mencegah pertumbuhan bibit-bibit teroririsme yang tumbuh subur di berbagai tempat hingga saat inipun bisa mengobati mereka yang sudah terlanjur terpapar pemahaman radikalisme dan berujung pada tindakan diskriminasi.
Mencegah sekaligus mengobati, ada kalanya resep dari keduanya sama, yakni penanaman nilai-nilai keberagaman secara nyata lewat interaksi sosial langsung antar suku dan agama. Sepetak surga dari Pangandaran bernama SMK Bakti Karya Parigi semoga mampu menginspirasi kita semua
Menurut cerita masyarakat setempat, tidak pernah ada ketegangan yang disebabkan perbedaan agama di asrama. Justru yang terlihat malah upaya saling mengingatkan, bukan saling memengaruhi apalagi menistakan.
Bahksn saat menjelang Subuh, yang seringkali membangunkan temannya untuk Salat justru adalah mereka yang beragama Kristen. Ketika hari minggu, yang mencarikan kendaraan agar siswa beragama Kristen bisa beribadah di Gereja terdekat justru adalah temannya yang beragama Islam.
Atau Ketika Magrib tiba semuanya berangkat menuju surau dengan membawa kitab suci masing-masing. Siswa beragama Islam dengan Al-Qur’an di tangannya, dan siswa bergama Kristen membawa Injil bersama mereka.
Semuanya berjalan beriringan diselingi gelak tawa. Sungguh pemandangan elok dan menggetarkan hati bagi siapapun yang melihatnya, Jika diamati dengan teliti ada banyak sekali sisi menarik lain dari surga kecil ini.
“Program kelas multikultural SMK Bakti Karya Parigi ini, pertama kali dibuka pada 2016. Sekarang sudah rekrutmen angkatan 7,bahkan baru kemarin, kami gelar pamit angkatan 4,” ucapnya
Sumber : kabarsekolah.id