Berita

Misteri Gua Safar Wadi Pamijahan: Jejak Sejarah dan Keistimewaannya

TASIKMALAYA, OnNewsOne.com – Gua Safar Wadi atau yang lebih dikenal dengan Gua Pamijahan, terletak di Desa Pamijahan, Tasikmalaya. Gua ini bukan hanya menjadi situs religi, tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang dikaitkan dengan perjalanan spiritual para ulama terdahulu. Salah satu kepercayaan yang berkembang di masyarakat adalah bahwa gua ini memiliki lorong yang terhubung langsung ke Mekkah, Arab Saudi.

Dilansir dari NU Jabar, Gua Pamijahan diyakini sebagai tempat di mana Syekh H. Abdul Qadir Jaelani menerima ijazah ilmu agama dari gurunya, Imam Sanusi. Terletak di kaki Gunung Mujarod yang berarti “tempat penenangan” gua ini menjadi tempat bagi Syekh Abdul Qadir Jaelani untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.

Ada pula yang menyebut gunung ini sebagai Gunung Mujarob, yang dalam bahasa Arab berarti “tempat mencoba.” Sebelum menemukan gua ini, Syekh Abdul Qadir Jaelani mengikuti petunjuk gurunya untuk menanam padi sebagai tanda keberadaan gua yang dimaksud. Jika padi yang ditanam hanya menghasilkan satu tangkai, maka itulah lokasi yang dicari. Setelah beberapa kali percobaan, ia akhirnya menemukan gua tersebut dan menjadikannya tempat spiritual.

Gua Pamijahan memiliki mata air alami yang dikenal sebagai “air zam-zam Pamijahan” dan “air kekayaan” yang dipercaya membawa berkah bagi siapa pun yang membawanya pulang. Di dalam gua juga terdapat peci haji, yang menurut kepercayaan masyarakat, jika kepala seseorang pas dengan peci tersebut, maka ia ditakdirkan untuk berangkat ke Tanah Suci.

Menurut buku Sejarah Perjuangan Syekh H. Abdul Muhyi Waliyullah Pamijahan karya Drs. H. AA. Khaerussalam, gua ini memiliki berbagai fungsi dari masa ke masa. Pada era Syekh Abdul Qadir Jaelani hingga Syekh Abdul Muhyi, Gua Pamijahan diyakini sebagai tempat pertemuan para wali. Kepercayaan ini diperkuat dengan adanya lorong-lorong gua yang konon menghubungkan tempat-tempat penting seperti Banten, Cirebon, Surabaya, bahkan Mekkah.

Gua ini juga digunakan sebagai tempat ibadah dan kaderisasi dalam menyebarkan agama Islam. Di dalamnya terdapat peninggalan berupa masjid, menara, serta perpustakaan yang digunakan sebagai pusat pendidikan Islam. Selain itu, gua ini menjadi tempat bertajrid dan bertaqarrub, di mana para ulama dan pencari ilmu bersemedi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Seiring berjalannya waktu, fungsi Gua Pamijahan mengalami perubahan. Setelah era Syekh Abdul Muhyi hingga sekarang, gua ini lebih dikenal sebagai tempat ziarah untuk mengenang perjuangan para wali dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Banyak peziarah yang datang untuk berdoa, bermeditasi, atau sekadar mengambil air zam-zam Pamijahan yang masih mengalir hingga kini.

Dengan sejarah panjang dan keistimewaannya, Gua Pamijahan tetap menjadi destinasi religi yang menarik, baik bagi para peziarah maupun pencinta sejarah Islam. Kepercayaan dan misteri yang menyelimuti gua ini menjadikannya salah satu peninggalan spiritual yang terus lestari di tanah Pasundan.