Opini

Akhirnya, Misi Cheka Memang Harus Bersih-Bersih.

Trahway.
Catatan Harian TRAH

Setelah lebih dari 4 bulan menjabat sebagai PJ Walikota Tasikmalaya, kinerja Cheka banyak di sorot dan di demo. Dalam 100 hari masa kerjanya dianggap oleh beberapa kalangan dan aktivis tidak bisa mewujudkan apa yang diharapkan publik.

Hal yang paling dirasakan oleh publik, dalam 100 hari kerjanya, kinerja Cheka lebih banyak disorot dan dikenal dalam kegiatan bersih-bersih di jalan-jalan dan kelurahan -kelurahan.

Ada anekdot seluruh PNS di Kota Tasikmalaya menjadi petugas dinas kebersihan tak terkecuali dari staf biasa sampai pejabatnya dan bagi sebagian PNS tentu saja hal ini mengejutkan sekaligus merepotkan karena selama ini sebagian dari mereka bukan tupoksi untuk bersih-bersih di Jalanan atau gang-gang kelurahan.

Tetapi kalau kita sedikit berpikir out of the box mungkin Cheka melihat kota Tasikmalaya sebagai kota resik ternyata tidak resik, malah mungkin dalam kacamatanya terlihat semrawut dan kotor sebagaimana banyak dikeluhkan masyarakat kota Tasikmalaya sendiri, sehingga Cheka mengerahkan hampir seluruh pasukan PNS nya diturunkan untuk bersih-bersih.

Kalau kita merujuk kepada sudut pandang hikmah, justru kinerja Cheka bersih-bersih ini mungkin suatu pertanda besar atau sinyal atas berbagai kejadian akhir-akhir ini yang mengharuskan Cheka bersih-bersih ke Internal Pemkot Tasikmalaya. Dari bersih-bersih sampah di jalanan ke bersih-bersih moralitas ASN di lingkaran Pemkot Tasikmalaya.

Memang menjadi tugas besar dan berat bagi Cheka untuk bersih-bersih ASN dari perilaku koruptif, kekerasan kepada perempuan dan anak serta dari para pemakai narkoba. Yang nota bene prilaku koruptif juga dilakukan bukan oleh staf biasa saja tapi oleh pemegang posisi strategis,

kejahatan Penyiksaan yang dilakukan dokter spesialis bedah yang nota bene seharusnya menjaga kehidupan mahluk Insani dan penyalahggunaan Narkoba yang dilakukan oleh orang seharusnya paham dengan perencanaan dan penelitian pembangunan yang tentunya pembangunan yang berorientasi kepada perencanaan pembangunan jasmani dan rohani. Belum lagi para pecandu minuman beralkohol yang menurut bisik – bisik ada dikalangan ASN. Bisa jadi ke empat fenomena ini merupakan fenomena gunung es di lingkaran ASN kita Tasikmalaya.

Yang paling ironi Kota Tasikmalaya menduduki peringkat ke 3 pusat pendidikan di Jawa Barat, tetapi juga termasuk kota dengan peringkat besar kasus narkoba di Jawa Barat.

Kota Tasikmalaya juga berturut – turut mendapatkan penghargaan Kota Ramah HAM dan Anak tingkat nasional, akan tetapi Kejahatan penyiksaan terhadap perempuan justru dilakukan oleh Oknum PNS.

Begitu juga dengan berbagai kasus Tipikor dari kasus Tipikor Jalan lingkar Utara, Tipikor Smart City dan kemungkinan menyusul kasus poliklinik RSUD. mudah-mudahan saja tidak Kota Tasikmalaya menjadi Kota Smart Corruption.

Mungkin sudah menjadi garis nasib perjalanan karir Cheka menjadi tukang bersih -bersih dari jalanan dan gang-gang ke Meja para pemegang kuasa. Membersihkan budaya kotor di lingkungan ASN agar menjadi Good Government Culture.

Namun jangan salah sangka loh, tugas ini tugas mulia sekaligus berat. Tugas Cheka berdimensi nahyi munkar, suatu tugas yang hanya bisa dijalani oleh orang yang Berintegritas, konsisten dan berani. Semoga Cheka mampu mengemban amanat ini dan tentunya kami menunggu kinerja nyatanya untuk bersih-bersih di internal ASN.

Tidak lupa kita dorong dan kuatkan prosesnya bersama -sana dengan publik secara transparan dan akuntabel.

Sesuai dengan karakter namanya Cheka Virgowansyah yang bermakna Penguasa yang menceka atau memegang kuat dengan cerdik, fleksibel, logis, keras kepala, dan berambisi, maka semoga dapat bermanfaat dan menjadi berkah dalam bersih-bersih di kota Tasikmalaya.

Selamat bersih-bersih Pak Cheka. ASN nya bersih, Kotanya rapih, Ulama dan Umaro silih Asih, rakyatnya sugih.

Trahway.
Catatan Harian TRAH